Senin, 20 April 2020

Banjir Bukan Sekedar Bencana Alam

Guru Madrasah
Ketika musim hujan tiba, Bumi basah karena tersiram air hujan. Banyak tanaman yang mulai tumbuh. Pohon-pohon yang layu karena kekurangan air, mulai segar kembali. Para petani mulai menanam padi di sawah. Cuaca yang semula panas menjadi sejuk. Musim hujan selalu dinantikan oleh banyak orang, namun ada kalanya musim hujan juga menyebabkan bencana.

Memasuki musim hujan, terjadi peningkatan curah hujan di beberapa daerah di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri banjir pun masih melanda di berbagai tempat. Berbagai faktor menjadi penyebabnya terjadinya banjir berulang dari tahun ke tahun. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, penebangan hutan secara liar, pengecilan kapasitas sungai, maupun pembangunan pemukiman yang tidak mengindahkan topografi wilayah.

Mengecilnya kapasitas sungai ditandai oleh pendangkalan dan penyempitan badan sungai. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor alam. Namun, ada pula ulah manusia yang mempercepat terjadinya hal ini.
 Para petani mulai menanam padi di sawah Banjir Bukan Sekedar Bencana Alam

Menjamurnya rumah di bantaran sungai, misalnya. Permasalahan ini sering terjadi di kota yang berpenduduk padat, dan terkadang tidak mempertimbangkan topografi lahan ketika melakukan pengembangan. Di sisi lain, penertiban pemukiman liar di bantaran sungai juga menjadi kesulitan pemerintah daerah sepanjang waktu.

Dari tahun ke tahun, warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta harus selalu siaga ketika curah hujan mulai meninggi. Luapan sungai dapat terjadi hingga ketinggian 1-2 meter di dalam rumah. Bukan hanya barang yang harus diselamatkan, seringkali nyawa menjadi taruhannya. Sudah diperingatkan bahwa pemukiman di bantaran sungai sangat berisiko ketika curah hujan tinggi, namun tetap saja mereka kembali ketika banjir telah surut. Tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai mendorong penyempitan badan sungai. Aktivitas harian warga, seperti mencuci dan membuang sampah di sungai juga semakin mempercepat pendangkalan sungai.

Di Manado, Sulawesi Utara, rawan banjir dan longsor justru terjadi akibat pembangunan kota yang tidak mengindahkan topografi. Sebagian besar wilayah Manado terdiri atas perbukitan, sementara wilayah daratan dengan permukaan datar sangat terbatas luasnya. Sejalan dengan bertambahnya penduduk, banyak bukit dan lereng kemudian dikupas menjadi perumahan.

Berdasarkan teks di atas, diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut dengan kelompokmu.
Di mana lingkungan daerah yang rawan bencana banjir?
Lingkungan kota yang berpenduduk padat.

Mengapa terjadi banjir? Jelaskan.
Banjir terjadi akibat mengecilnya kapasitas sungai akibat pendangkalan dan penyempitan badan sunga yang disebabkan oleh pembangunan pemukiman yang tidak mengindahkan topografi wilayah. Banjir juga diakibatkan aktifitas warga yang membuang sampah ke sungai.

Apa yang harus dilakukan warga di lingkungan itu agar tidak terulang kembali terkena bencana yang sama?
Agar banjir tidak terulang maka warga harus membuang sampah pada tempatanya dan tidak membuat perumahan tinggal di daerah bantaran sungai.

A. Penyebab Banjir
Banjir di Jakarta bukan berupa banjir bandang, tetapi berupa genangan air. Genangan-genangan ini menyebabkan rumah-rumah dan jalan-jalan terendam. Berikut ini beberapa penyebab banjir di Jakarta.
  1. Permukaan tanah turun. Menurut penelitian Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, permukaan tanah di Jakarta turun rata-rata 5 cm setiap tahun. Hal ini berarti permukaan tanah di Jakarta sekarang ini ada yang sudah berada di bawah permukaan laut.
  2. Sistem saluran air yang buruk. banyak sekali saluran air di pinggir jalan tidak berfungsi dengan baik karena dibuat asal-asalan dan tidak mengalir ke kanal penampungan. 
  3. Sungainya dangkal dan menyempit. Sungai-sungai di Jakarta menyempit karena banyak orang membangun rumah di bantaran sungai. 
  4. Rawa dan situ menghilang. Harga tanah di Jakarta sangat mahal sedangkan permintaan akan lahan meningkat. Rawa-rawa dan situ diuruk untuk dijadikan lahan  bangunan. Rawa-rawa dan situ yang tersebar di kampung-kampung yang semula sebagai tempat parkir air hujan, kini menghilang.
  5. Sikap tidak peduli pada lingkungan ditunjukkan dengan membuang sampah sembarangan, termasuk di selokan dan sungai, membangun rumah tanpa menyediakan resapan. Mendirikan bangunan dengan menguruk bantaran sungai, rawa-rawa, dan situ. 
  6. Air laut pasang naik yang terjadi  pada Bulan purnama lebih besar dari pada pasang naik pada hari-hari biasa. Hal itu terjadi karena posisi posisi Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis. 

B. Cara Pencegahan Banjir
Banjir memang sering terjadi di Indonesia. Hampir setiap tahun Indonesia selalu mendapatkan masalah banjir dan sampai saat ini pun belum ada solusi yang dapat menanggulangi permasalahan ini. Berikut ini beberapa langkah pencegahan banjir.
  1. Membuat Saluran Air yang Baik. Dibutuhkan adanya sistem irigasi sampai pembuangan akhir yang jelas. Jangan sampai akhir saluran air yang ada berujung pada sebuah sungai mati atau tidak mengalir, sehingga airnya akan meluber. 
  2. Buanglah Sampah pada Tempatnya. Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk membuang sampah di tempat sampah dan berakhir di tempat pembuangan akhir sampah. 
  3. Rajin Membersihkan Saluran Air. Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada agar air dapat lancar mengalir.
  4. Mendirikan Bendungan Pencegah Banjir. Bendungan, yang memiliki bentuk seperti kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat menampung air dengan ukuran yang sangat besar.
  5. Melestarikan Hutan. Pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir, karena hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.
  6. Membuat Lubang Biopori. Lubang resapan biopori dapat meningkatkan daya resapan air.
  7. Membuat Sumur Serapan. Sumur resapan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.
  8. Proyek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurang.